Katun, jenis kain yang paling populer untuk pakaian. Sifatnya yang mudah menyerap keringat dan ringan adalah keunggulan kain berbahan dasar kapas ini. Sejak mulai dibudidayakan, sekitar 5000 tahun yang lalu, kapas telah tampil memukau. Herodotus, ahli sejarah Yunani, adalah yang pertama memasukkan katun dalam catatannya sebagai ” Indian tree wool….exceeding in beauty and goodness”. Sejak saat itu, kapas selalu jadi bahan perbincangan. Kini, katun pun sedang menjadi topik hangat dalam perdebatan dunia, terutama berkenaan dengan pertentangan di seputar isu Transgenik vs Organik dan Regular vs Fair Trade.
Mungkin perdebatan ini pernah kita dengar juga ketika Monsanto, perusahaan pertanian asal Amerika, mulai memperkenalkan budi daya kapas transgenik di Sulawesi Selatan pada 2001, dan di akhiri pada 2003 dan sebagaian besar kelompok petani rugi besar.

Salah satu masalah yang selalu muncul ke permukaan saat membicarakan katun adalah penggunaan pestisida. Budidaya katun memerlukan 10 persen seluruh penggunaan herbisida dan 20-25% insektisida yang beredar di dunia! Tidak mengherankan perkebunan katun adalah ancaman bagi petani dan lingkungan. Walau belum ada data resmi, beberapa lembaga anti pestisida menyatakan bahwa ribuan pekerja pertanian katun di seluruh belahan bumi harus menjadi korban setiap tahunya karena keracunan pestisida. Perkiraan tersebut kemungkinan besar mengandung kebenaran, mengingat hasil riset yang dilakukan di sebuah kawasan kecil Benin di Afrika Barat, menunjukkan bahwa 61 pria , wanita dan anak tewas akibat penggunaan pestisida di tahun 1999 hingg 2001. Dan untuk setiap orang yang tewas, itu berarti ada ratusan orang lainnya yang sakit atau menderita akibat pencemaran udara dan air. (sumber: Majalah Respect, Hal 10 – 11, Juni 2010)